A. PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
B. PENGERTIAN
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
C. EPIDEMOLOGI
a. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.
b. Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala penyakit demam berdarah:
1. Bintik Merah
Seringkali di awal demam, tidak ada bintik merah. Ada beberapa kasus juga yang memang tanpa bintik merah.
2. Panas Tinggi
Panas bisa turun naik, bisa juga tidak turun sama sekali sepanjang hari.
3. Menggigil dan terasa ngilu tulang
Perasaan dingin di sekujur tubuh dan ada titik tertentu di tubuh terasa ngilu menusuk tulang.
4. Buang Air Besar berwarna hitam dan keras
Gejala ini terlihat jika trombosit sudah mulai rendah
5. Trombosit mulai turun
Kadar trombosit bisa diketahui dengan tes darah di laboratorium.
6. Sakit saat mata memandang ke samping
Beberapa teman mengalami ini, terasa sakit jika melirik ke samping kiri dan kanan.
7. Tengkuk sakit
Terkadang juga, terjadi pembengkakan di tengkuk dan terasa sakit
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
d. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
e. Penyebaran
Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia.
D. FAKTOR RESIKO
ü Faktor host
ü Faktor lingkungan
ü Faktor virus
E. PENATALAKSANAAN
4 jenis pemeriksaan darah yang dilakukan pada penderita DBD :
1. Pemeriksaan darah tepi
Untuk mengetahui jumlah leukosit (sel darah putih yang berfungsi untuk mengatasi infeksi) pemeriksaan ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya leukopenia, yaitu jumlah leukosit kurang dari 5000 sel/mm3
2. Pemeriksaan limfosit atipikal (sel darah putih yang muncul pada saat infeksi virus)
Jika terjadi penjngkatan, mengindikasikan dalam waktu kurang lebih 24 jam penderita akan bebas demam dan memasuki fase kritis.
3. Pemeriksaan trombositopenia dan trombosit ( berfungsi dalam proses pembekuan darah)
Jika terjadi penurunan jumlah keduanya, mengindikasikan penderita DBD memasuki fase kritis dan memerlukan perawatan ketat di rumah sakit.
4. Pemeriksaan hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit/Ht ( perbandingan antara komponen butir sel darah merah dengan cairan darah atau plasma) 10 – 20 % mengindikasikan penderita memasuki fase kritis dan memerlukan pengobatan cairan intravena.
Uji serologi dengue Ig M dan Ig G (protein yang diproduksi tubuh dan berperan sebagai antibodi). Uji ini merupakan pemeriksaan penunjang untuk membantu dalam mendiagnosis akhir penyakit DBD.
Penatalaksanaan Medis untuk Penderita DBD
1. Memberikan obat penurun demam dengan dosis ringan. Contoh : parasetamol
2. Pemeriksaan uji bendung
3. Pemeriksaan darah untuk mengetahui derajat kebocoran plasma dan jumlah tromboosit penderita.
4. Infus melalui intravena, pemberian transfusi darah dan antibiotik tidak perlu diberikan, kecuali jika ada indikasi khusus.
F. PENCEGAHAN
1. Vaksin untuk mencegah Demam Berdarah belum ditemukan, sehingga satu-satunya cara mencegah Demam Berdarah adalah dengan cara memberantas nyamuk penularannya.
2. Seperti nyamuk lainnya, Aedes Aegypti berkembang biak melalui proses perubahan bentuk : Telur à Jentik à Kepopompong à Nyamuk Dewasa.
3. Bagi Aedes, proses perubahan bentuk terjadi dalam air jernih, khususnya di tempat penampungan air yang airnya tidak langsung berhubungan dengan tanah.
4. Perubahan bentuk dari telur hingga nyamuk dewasa memerlukan waktu kurang lebih 10 hari.
5. Memberantas nyamuk saja dengan penyemprotan belumlah cukup, selama jentik-jentiknya masih dibiarkan hidupmemberantas jenti-jentiknya tidak memerlukan biaya besar dan bebas dari efek samping. Lagi pula jauh lebih mudah dari padapenyemprotan nyamuk.
6. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.Sebagai contoh: Menguras bak mandi/penampungan air- sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat- minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan- air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah- dan lain sebagainya.
7. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri.
8. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
· Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
· Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.